
SUARAPOST.ID – Potret kemiskinan yang menyayat hati kembali mencuat dari pelosok Gorontalo. Kali ini datang dari Dusun Mootilango, Desa Ayula, Kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato. Seorang lansia bernama Nai Mustafa harus menjalani hidup di sebuah gubuk kecil yang jauh dari kata layak huni.
Bangunan berukuran sekitar 3 x 4 meter itu tampak ringkih dalam foto yang beredar di media sosial. Dindingnya hanya berupa anyaman kulit sisa pohon kelapa dan lembaran tripleks tipis. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang sudah berlubang, tak mampu menahan deras hujan ataupun terik matahari. Saat musim penghujan tiba, rumah itu nyaris tak memberi perlindungan.
Pemandangan memilukan ini pun menuai simpati dari masyarakat. Di tengah geliat pembangunan dan beragam program bantuan sosial, Nai Mustafa justru menjalani keseharian dalam keterbatasan yang mengkhawatirkan.
Penjabat Kepala Desa Ayula, Narjo Blongkod, dilansir dari wartanesia.id, pada Jumat (4/7/2025), membenarkan kondisi tersebut. Ia mengatakan bahwa pihak desa sudah berupaya mengusulkan bantuan untuk Nai Mustafa, namun hingga kini belum membuahkan hasil.
“Iya, beliau warga kami. Sudah lama tinggal di rumah itu. Kami dari pihak desa sebenarnya sudah beberapa kali mengajukan bantuan, tapi belum ada realisasi sampai sekarang,” ujar Narjo.
Menurut Narjo, Pemerintah Desa Ayula telah melayangkan proposal bantuan pembangunan rumah layak huni melalui berbagai jalur, di antaranya program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) ke Pemerintah Provinsi Gorontalo serta ke Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim). Bahkan dua bulan lalu, proposal juga diajukan ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Pohuwato.
“Kami juga pernah coba bantu lewat dana desa untuk swadaya, tapi beliau tidak sanggup menanggung biaya pengerjaannya. Kami pun memiliki keterbatasan anggaran,” imbuh Narjo.
Meski belum mendapat bantuan perbaikan rumah, Nai Mustafa tercatat sebagai penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah desa. Namun bantuan itu belum cukup untuk memperbaiki kondisi tempat tinggalnya yang semakin memprihatinkan.
Kisah Nai Mustafa menjadi potret nyata bahwa masih banyak warga di pelosok Gorontalo yang belum tersentuh sepenuhnya oleh program perumahan pemerintah. Kondisi ini diharapkan bisa segera mendapat perhatian serius dari pihak-pihak terkait, agar kehidupan Nai dan masyarakat lain yang mengalami nasib serupa bisa menjadi lebih layak dan manusiawi.